Hari ini terdengar ditelinga lamat-lamat, dan semakin kuat sebuah puisi yang begitu menyentak hati. Inilah puisinya:
Tuhan,
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat perut anak-anak yang kelaparan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup sopan lewat semanyu suara adzan
Tuhan telah menegurmu dengan cukup menahan kesabaran lewat gempa bumi yang mengguncang kencang, hujan dan banjir yang melintang pukang
Adakah kau dengar..
Sementara itu gumaman doapun terdengar Ya Allah negeri kami sedang dirundung duka, bangsa kami sedang terus menerus ditimpa bencana, tanah air kami sedang bergelimang malapetaka.
Pada sisi yang lain kita lihatĀ kebencian merajalela, dendam, prasangka, kekejaman, kekerasan, danĀ pengumbaran nafsu begitu jelas dan nyata di negeri tercinta.
Bukankah yang bisa dibangun dengan kebencian hanyalah kehancuran bukan kesejahteraan? Bukankah yang bisa dibangun dengan dendam hanya kerusuhan bukannya kebenaran? Bukankah yang bisa dibangun dengan prasangka hanyalah kekacauan bukan keadilan? Bukankah yang bisa dibangun dengan kekejaman hanyalah kekisruhan bukan kedamaian? Dan bukankah yang bisa dibangun dengan kekerasan hanyalah kemusnahan bukan kesatuan? Dan bukankah yang bisa dibangun dengan nafsu hanyalah kehinaan bukan kehormatan? Apalagi kebahagiaan…